ASAS ASAS PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Dosen Pengampu : Dr.Saipul
Annur,M.Pd.
Di Susun Oleh :
Nadila Ulandari (1830201179)
Reni Oktarina
(1830201193)
Riana Lutfi Najiiha (1830201195)
Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN
FATAH
PALEMBANG
2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada allah SWT atas rahmat dan karunia nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan pada waktunya. Makalah ini kami tulis untuk memenuhi tugas mata
kuliah dengan judul “ASAS ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM”. Yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber, namun kami menyadari dalam pembuatan makalah
ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan maka dari itu kami mengharapkan
saran yang membangun dari para
pembaca. Makalah ini memuat arti penting tentang “ASAS ASAS PENGEMBANGAN
KURIKULUM” walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca. .Sebelumnya kami
ucapkan terima kasih kepada :
Bapak Dr.Saipul Annur,M.Pd.Selaku
Dosen Pengampu.
Demikianlah
pengantar ini dengan iringan serta harapan semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua, kami mengucapkan ribuan terima kasih mudah-mudahan kita mendapat amal
baik yang di berikan allah SWT. Aamiin ya
rabbal alamin
Palembang, 22 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A..Latar
Belakang......................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................... 1
C. Tujuan..................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. ASAS
FILOSOFIS.................................................. 2
B. ASAS
PSIKOLOGI................................................. 4
C. ASAS
SOSIAL BUDAYA...................................... 5
D.ASAS
ORGANISATORIS...................................... 5
E. ASAS
TEKNOLOGI............................................... 6
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................. 8
B. Saran
....................................................................... 8
Daftar
Pustaka................................................................. 9
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
“Asas” atau kata lainnya “dasar” dapat diartikan sebagai
acuan ataupun sandaran suatu kegiatan. Dalam bahasa Inggrisnya Foundation
diartikan sebagi hal yang mendirikan, dasar, landasan, kotak uang, badan wakaf
atau yayasan[1]. Dalam hal ini, pemakalah mengambil kata
“dasar atau landasan” yang selanjutnya akan disamakan dengan kata ‘asas”.
Dunia pendidikan dibangun berdasarkan asas atau dasar
negara yang berlaku. Di Indonesia, asas pendidikan tentunya berkaitan langsung
dengan asas negara yaitu Pancasila. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia
berlandaskan Pancasila. Oleh karena itu, asas pendidikan pun tak lepas dari
kurikulum pendidikan yang sedang diterapkan. Untuk itu lahirlah “asas
kurikulum” yang menjadi dasar pelaksanaan tiap kurikulum yang ada.
- Rumusan masalah ?
Dalam makalah ini
pembahasannya terfokus pada :
Apa yang menjadi asas-asas kurikulum ?
- Tujuan
Untuk mengetahui apa saja asas-asas kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas Filosofis
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan
kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut.
Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosopis, philo,
philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti
kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu
bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sebagainya
dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti (produk) sebagai pandangan hidup
atau falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang
harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan
dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan
sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun
perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk
dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan
kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan. Sekolah
bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak
hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah
negara, tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia.
Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa,
terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus
dicapai melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu
menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. [2]
Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai
dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi
yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran
dan tata cara mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh.
Apabila pemerintah bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di
Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus
memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan
Negara sebagai landasan filosofis negara. Mengapa filsafat sangat diperlukan
dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution (2008: 28), filsafat besar manfaatnya
bagi kurikulum, yakni: Filsafat pendidikan menentukan arah kemana anak- anak
harus dibimbing. [3]
Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk
mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita- citakan oleh
masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan. Dengan adanya
tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus
dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk. Filsafat juga menentukan
cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu. Filsafat
memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas.
Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak. Tujuan pendidikan
memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan sampai mana tujuan itu telah
tercapai. Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar,
bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai. [4]
B. Asas Psikologi
Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat
psikologi. Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang diperuntukkan
pada siswa, oleh karena dalam psikologi juga dibahas aspek psikis yang terdapat
pada [5]Manusia
sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara
berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
- Aspek ketakwaan :
dikembangkan dengan kelompok bidang pendidikan keagamaan.
- Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok
bidang studi ekstrakurikuler, sosial, bahasa, dan filsafat.
- Aspek rasa :
dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
- Aspek karsa :
dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan
PPKN.
- Aspek karya
(kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan
pengembangan bakat.
- Aspek karya :
Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
- Aspek kesehatan :
Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek
lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat,
wirausaha dan kerja mandiri.
C. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala
sosial hubungan antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial
yang disebut juga ilmu masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup
bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu
kesatuan sosial. Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan
untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah
dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.[6]
D. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan
disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah
diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam
bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain.
Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala
batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu).
Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih
bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan
penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu. 8 Ilmu
jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah
bagian-bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada mata
pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa
Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan karena keseluruhan itu bermakna dan
lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.
Perlu diingatkan kembali, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak
baik. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas
dari kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam
organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan
yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satunya. Kurikulum yang bagaimana
yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan karena macamnya kemungkinan. Dalam
mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu ada hasil semacam
kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa, kurikulum
adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian
atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua
pendirian utama, yakni yang tradisional dan yang progresif. [7]
E. Asas Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan
sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa
praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati.
Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan
sia-sia.
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan
penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas
dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama
dalam memilih bahan dan penyampaiannya.
Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah
membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya
tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat
digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non
cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video,
dan sebagainya. Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan
dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran
jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi
Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan
sebagainya. [8]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan:
Asas-asas kurikulum, yang meliputi
asas filosofis, asas psikologis, asas sosiologis, asas organisatoris dan asas
teknologi. ·
Asas filosofis dalam penyusunan
kurikulum, kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah negara yang
dianut. ·
Asas psikologis bahwa manusia
adalah makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks.
Asas sosiologi berarti, dalam
penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial
yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat. ·
Asas organisatoris lebih condong
kepada masalah dalam pembentukan bahan pelajaran yang akan disajikan.
Asas teknologi yakni kurikulum
tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan.
- Saran
kami mengharapkan kritikan dan
saran yang membangun dari dosen pembimbing
dan pembaca guna perbaikan makalah berikutnya.
- Atabik Ali, 2003. Kamus Inggris Indonesia Arab,
Yogyakarta. Multikarya Grafika.
DAFTAR PUSTAKA
- Dakir H. 2010. Perencanaan dan
Pengembangan Kurikulum. Jakarta. PT Rineka Cipta.
- Kelvin Seifert. 2010. Manajemen
Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan. Ircisod.
Jogjakarta. Cet-Ke5.
- Moh. Yamin. 2009. Manajemen Mutu
Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta. Diva Press.
- Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
- Nasution, S. 2009. Asas-asas
Kurikulum. Jakarta. Bumi Aksara.
- Sugihartono, dkk.2007. Psikologi
Pendidikan. Jogjakarta. UNY Press.
Jogjakarta.